Rabu, 23 November 2011

Materi Kuliah Update (Rabu, 23 November 2011)

Bagi teman-teman yang mau mendowload materi Sosiologi Pendidikan atau Belajar dan Pembelajaran SD hari ini, bisa di download lewat link yang ada di bawah ini.


Terima Kasih.

Salam,
Administrator

Senin, 14 November 2011

Bahan Presentasi Ilmu Politik dan Materi Bahasa Inggris

Bagi yang ingin mendownload materi yang disebutkan di atas, dapat mengunjungi link di bawah ini.

Minggu, 13 November 2011

Pengumuman Registrasi Ulang

Bagi teman-teman yang belum melakukan registrasi ulang untuk semester depan, dihimbau untuk segera melaksanakan registrasi paling lambat tanggal 3 Desember 2011.
Registrasi ulang ini bisa dilakukan melalui sistem SIASAT atau via sms.
Setelah melakukan registrasi ulang, teman-teman dapat mengakses tagihan awal untuk semester depan.

Terima kasih.

Permohonan Maaf


Selaku administrator blog RS11D, kami meminta maaf yang sebesar-besarnya karena maintenance blog ini terlalu lama.
Mulai hari ini, Minggu, 13 November 2011, blog ini sudah dapat diakses seperti sedia kala.
Atas ketidak nyamanannya, kami mohon maaf.

Salam, 

Administrator



Selasa, 11 Oktober 2011

Renungan, 11 Oktober 2011

Memahami Kasih Tuhan

"Hadiah" dari Tuhan untuk kita melalui kehidupan Hosea adalah: dengan Hosea menjadi personifikasi TUHAN dan cinta-Nya kepada Israel yang tidak taat, kita jadi sangat terbantu memahami betapa besarnya cinta Tuhan kepada Israel yang begitu tidak layak mendapatkannya. Pemahaman itu cukup mudah kita dapatkan ketika kita menempatkan diri sebagai Hosea, pria baik-baik yang mencari dan menikahi perempuan nakal dan alih-alih perempuan nakal itu bersyukur atas perbaikan statusnya, ia malah menjadi-jadi. Toh Tuhan tidak kurang sabar seperti Hosea yang tidak mencampakkan Gomer walau perempuan itu menjual dirinya bahkan setelah menjadi istri Hosea.

Gomer tiga kali mengandung. Di ayat 3 dikatakan "melahirkan baginya seorang anak laki-laki", tapi di ay. 6 dan 8 tidak dikatakan "baginya". Nampaknya Lo-Ruhama dan Lo-Ami bukan anak Hosea, melainkan anak-anak dari hubungan Gomer dengan pria-pria lain. Ketegangan hubungan Tuhan dengan Israel tergambar dari nama anak-anak Gomer, juga dari seluruh jalinan hubungan Hosea dan perempuan nakal ini. Tuhan sudah sangat geram, tetapi hubungan cinta kasih itu tidak bisa diputus begitu saja.

Di ayat 10-12 Tuhan menjanjikan satu masa depan yang indah; satu hari ketika orang Israel akan bertobat dan Tuhan tetap menanti dengan setia. "Hari Yizreel" (10) adalah hari di mana Tuhan menuai apa yang Dia tabur sebelumnya (4), sebab kata Yizreel memiliki dua makna dan Tuhan menggunakannya sebagai titik tolak pembaruan hubungan-Nya dengan Israel. Begitu pula "Ami" dan "Ruhama" (12), mereka yang dulu bukan siapa-siapa (6) kini menjadi kesayangan, yang dulu tak disayang dan bukan umat (9) kini kembali menjadi kesayangan dan umat (bnd. 1Pet. 2:10).

Pada tahap mana hubungan Anda dengan Tuhan saat ini? Pada paruh pertamakah (2-9) atau yang kedua (10-12)? Jika Anda belum berdamai dengan Tuhan, sambutlah panggilan-Nya. Ia masih sabar menanti Anda. Jika sudah, resapilah betapa besarnya cinta Tuhan kepada Anda dan berikanlah yang terbaik dari Anda untuk membalas cinta-Nya.

Senin, 10 Oktober 2011

Kuliah Kosong


Hari ini, Senin 10 Oktober 2011, mata kuliah Bahasa Inggris kosong. Akan digantikan pada hari esok. Info lebih lanjut, silahkan menghubungi Eka Kustina, lewat telepon maupun sms. 
Terima Kasih.

Renungan, 10 Oktiber 2011

Diutus Kepada Bangsa Yang Bebal

Kita telah mengikuti perjalanan Yesaya memaparkan kebobrokan bangsa Israel, pengharapan yang menanti mereka jika mereka bertobat dan juga ancaman-ancaman hukuman yang akan datang. Dalam nas ini Yesaya dipanggil "TUHAN semesta alam." Nas ini sangat terkenal, terutama ayat 8. Marilah kita perhatikan dialog antara Tuhan dan Yesaya setelah Yesaya mengatakan, "Ini aku, utuslah aku!"

Ayat 8 ternyata sama sekali bukan akhir dari adegan pemanggilan Yesaya di hadapan Tuhan. Setelah Yesaya menyerahkan dirinya, Tuhan mengatakan dengan gamblang kepada Yesaya bahwa dia akan "gagal" dalam menjalankan tugasnya. Bangsanya tidak akan mendengarkan kata-katanya. Walaupun mereka mendengar, mereka tidak akan mengerti (9); walaupun mereka melihat, mereka tidak akan tanggap (10). Mereka akan tetap bersikukuh dengan pandangan mereka, pemahaman mereka, cara hidup mereka. Lebih parah daripada Firaun di Mesir, nampaknya tidak ada yang bisa mengubah pemahaman dan sikap hidup mereka yang sudah begitu rusak.

Yesaya masih menduga bahwa sikap ini hanyalah permulaan dari tugasnya dan suatu saat bangsa itu akan berbalik (11), tetapi Tuhan mengatakan bahwa itu akan terus terjadi sampai bangsa itu benar-benar habis (13), tak lebih dari tunggul-tunggul belaka. Setelah pembersihan total itu terjadi, baru ia bisa mengharapkan awal yang baru. Timbul pertanyaan: Akankah Yesaya hidup cukup lama untuk menyaksikan tumbuhnya tunas baru dari tunggul itu? Apa tolok ukur keberhasilan Yesaya dalam menjalankan tugas ini? Akankah dia hanya menyuarakan lolongan sepi di tengah gurun?

Dari perikop ini nampak jelas bahwa Tuhan tidak menggunakan jumlah pertobatan sebagai tolok ukur. Yang Tuhan cari adalah hamba yang setia, yang mau pergi "untuk Dia" (ay. 8). Apa pun yang dihadapi. Apa pun yang terjadi. Apa pun hasilnya. B. Chapell mengatakan, "Kita dipanggil untuk hidup bagi Tuhan bukan cuma ketika kita harus mengorbankan segalanya, tapi juga ketika [karya kita] tidak nampak menghasilkan apa pun."

Jumat, 07 Oktober 2011

Renungan, 7 Oktober 2011

Keserakahan

Calvin dalam tafsirannya mengutip Krisostomus, "Kalau orang sudah serakah, kalau bisa, matahari pun akan dia ambil dari orang miskin." Ayat 8 mengingatkan kita tentang kejadian yang ramai menghiasi media-media massa kita. Orang yang sudah memiliki begitu banyak kekayaan merasa masih perlu mengambil dari mereka yang berkekurangan. Itulah ciri moralitas bangsa Israel yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Sebenarnya, jika semua ladang dan rumah diambil sementara orang-orang miskin tidak beroleh tempat untuk hidup, siapa yang akan mengusahakan tanah itu? Siapa yang akan membeli produk yang ada dan menjalankan roda perekonomian? Ayat 8-10 sangat logis dari sudut pandang perekonomian. Roda perekonomian tidak berjalan karena tidak ada sumber daya untuk mengerjakannya dan tidak ada daya beli pada masyarakat.

Kejahatan orang Israel merambah kepada mentalitas mereka. Mereka hanya ingin berfoya-foya dan menikmati hidup, tidak menggunakan waktu untuk kegiatan bermakna. Hidup tidak dipandang sebagai harta yang harus digunakan dengan bijaksana tapi sebagai lubang hitam yang terus disodori dengan berbagai kesenangan tanpa pernah terpuaskan. Pola pikir mereka bukanlah memproduksi dan mempersembahkan kepada Tuhan melainkan mengkonsumsi dan mempersembahkan pada diri.

Tuhan tetaplah Yang Mahakudus dari Israel. Karakter-Nya nyata dengan konsisten dalam segala keadaan. Tuhan akan menunjukkan siapa Dia sesungguhnya, untuk meluruskan kebengkokan mereka dan membalikkan kekacauan kepada ketertiban (16-17) sehingga mereka yang selama ini berdelusi bahwa mereka baik-baik saja sekonyong-konyong disadarkan bahwa mereka ada dalam masalah besar karena mengabaikan kebenaran Tuhan (18-24).

Tuhan tidak berubah. Selama Dia masih bersabar, Dia masih berikan kita kesempatan bertobat. Kesaksian macam apa yang ditunjukkan kehidupan sosial kita?

Kamis, 06 Oktober 2011

Renungan, 6 Oktober 2011

Konsekuensi Ketika Tidak Berubah

Di dalam kasih sayang dan panjang sabar-Nya Tuhan berupaya lebih keras untuk membuat umat-Nya sadar. Mungkin pemaparan yang panjang-lebar dan rumit sulit dicerna sebagian orang. Maka dalam nas ini ancaman murka Tuhan dipaparkan dalam bentuk perumpamaan yang digubah sebagai nyanyian (1). Dengan perumpamaan yang begitu nyata sesuai pengalaman hidup mereka sehari-hari, tidak mungkin orang Israel tidak memahami perumpamaan ini. Dengan gubahan berupa nyanyian, tidak mungkin kata-kata ini tidak terpatri dalam sanubari mereka. Tidak ada alasan mereka tidak tahu atau tidak paham.

Tuhan kembali mengajukan gugatannya kepada bangsa yang disayanginya sedemikian lama. Para pendengar diajak menjadi hakim dan menilai sekiranya Tuhan masih kurang berupaya atau kurang sabar (4). Menarik sekali melihat bahwa kendati kebun anggur itu hanya menghasilkan buah anggur yang asam Tuhan tetap merawatnya. Keadaan umat Tuhan bisa tetap baik karena Tuhan setia kepada mereka walaupun mereka tidak setia kepada-Nya. Ketika habis sabar-Nya, yang Ia buat hanyalah meniadakan pagar yang selama ini melindungi kebun anggur itu (5). Ia sengaja membiarkan berbagai kejadian buruk yang seharusnya menimpa mereka dulu-dulu menimpa mereka sekarang.

Sebagian besar kehancuran yang terjadi pada kebun anggur itu bukan penghancuran aktif oleh Tuhan, melainkan konsekuensi logis dari pilihan hidup mereka (5-6). Tuhan "hanya" mengkontribusikan satu hukuman tambahan: menahan awan menurunkan hujan kepada kebun anggur itu (6). Seluruh pengalaman bangsa ini di luar Tuhan adalah pengalaman pembiaran. Seakan-akan Dia berkata, "Kamu mau berdikari, terlepas dari Aku? Silakan." Titik. Tuhan membiarkan mereka.

Paulus mengatakan kita adalah pohon-pohon anggur yang dicangkokkan (Rm. 11:17-18). Sudahkah kita menghasilkan buah yang Tuhan harapkan? Adakah kita mengalami masa-masa Tuhan membiarkan kita hidup semau kita tanpa teguran-Nya? Jika ya, hati-hati! Cepat periksa diri dan bertobat kepada-Nya.

Rabu, 05 Oktober 2011

Renungan, 5 Oktober 2011

Dibersihkan dan Membersihkan

Nas hari ini dimulai dengan kata-kata yang kontras sekali dengan nas kemarin. Ayat 2 memakai kata-kata "kemuliaan, " "kebanggaan, " dan "kehormatan". Bukankah ini yang Tuhan ingin hapuskan dari Israel? Hari ini kita dapati kondisi Israel yang telah dimurnikan dan dibersihkan oleh Tuhan (4). Namun, mengapa hal-hal yang sama yang membuat Tuhan menghukum bangsa Israel justru kembali timbul setelah Tuhan menghukum mereka?

Jawabnya terletak pada apa yang menjadi alasan mereka untuk bermegah, bangga dan merasa terhormat. Sebelumnya mereka bermegah atas diri mereka sendiri, mereka bangga dengan kekuatan mereka dan dewa-dewa yang mereka ciptakan sendiri dan mereka mencari kehormatan dalam hal-hal lahiriah. Tetapi kini "tunas yang ditumbuhkan TUHAN" yang akan menjadi alasan mereka berbangga. Artinya, kebanggaan itu bukan terletak pada diri mereka atau kemampuan mereka, melainkan pada apa yang Tuhan sediakan bagi mereka – pada karya-Nya.


Proses pemurnian yang Tuhan lakukan tidaklah mudah (4): sangat mungkin menyakitkan dan tidak nyaman, bukan saja bagi orang-orang yang berlaku jahat dan para pemimpin, tetapi juga bagi seluruh masyarakat; terlepas dari keterlibatan maupun ketidakterlibatan seseorang di dalamnya, ia adalah bagian dari masyarakat itu. Di sisi lain, di ujung dari proses yang tidak menyenangkan itu, Tuhan menjanjikan masyarakat baru yang disegarkan dalam pengenalan mereka terhadap Tuhan. Masyarakat yang mengenal benar apa yang Tuhan kehendaki. Masyarakat yang kembali menjadi saksi Tuhan dalam kehidupan mereka secara pribadi maupun publik dalam interaksi mereka dengan pihak-pihak di luar mereka (5-6).


Waktu kita minta Tuhan membersihkan masyarakat kita dari kotoran, baiklah kita juga menyiapkan diri kita untuk terlibat, membersihkan dan dibersihkan, dengan ketidaknyamanan proses itu. Kita tahu di ujungnya akan ada satu masyarakat baru yang indah yang Tuhan telah siapkan untuk kita nikmati. Mari kita beranikan diri kita menjadi alat pembaruan yang Tuhan pakai.

Selasa, 04 Oktober 2011

Renungan, 4 Oktober 2011

Membereskan Dosa Struktural

Ketika sebuah masyarakat jatuh ke dalam dosa yang besar dan struktural, setiap elemen masyarakat di dalamnya pasti memiliki kontribusi kepada kejatuhan itu: bisa secara aktif (mis. menyembah berhala, melakukan kejahatan, korupsi), secara pasif (mis. tidak melakukan kejahatan tapi mendorong orang di sekitar untuk berbuat jahat agar ia turut menikmati hasilnya), atau dengan ketidakpedulian (tidak menikmati hasilnya, tapi membiarkan orang lain berbuat kejahatan). Nas hari ini menyoroti peranan perempuan Sion terhadap kejatuhan bangsa itu.

Para perempuan ini digambarkan sebagai orang yang sombong dan bermegah dalam penampilan lahiriah, melalui pakaian dan perhiasan mereka juga dalam sikap mereka. Bukan tanpa maksud Yesaya menjabarkan segala bentuk perhiasan yang mereka kenakan dengan begitu detailnya (18-23). Betapa besarnya perhatian yang mereka berikan untuk penampilan mereka. Itu berarti ada sejumlah besar uang yang mereka anggarkan untuk perhiasan, belum lagi pemborosan waktu untuk merias diri. Dengan begitu banyaknya perhatian, waktu dan uang yang diberikan untuk mempercantik diri secara berlebihan, masih adakah sumber daya yang layak yang tersedia untuk Tuhan? Dunia kita pun memberikan perhatian yang tak kalah besarnya terhadap penampilan. Berapa besar pikiran, waktu dan uang yang kita curahkan demi penampilan kita? Bandingkan dengan yang kita persembahkan untuk pekerjaan Tuhan. Yang mana yang menjadi Allah kita?

Waktu Tuhan menghukum mereka, bukan saja kehormatan mereka Tuhan campakkan; Ia juga menumpas orang-orang yang mereka kasihi dan andalkan sehingga hanya ada 1 laki-laki untuk 7 perempuan. Mereka mengemis demi mendapatkan kembali kehormatan dan harga diri mereka. Jangan tunggu Tuhan mendisiplin kita. Tinjau kembali prioritas hidup kita. Berikan yang terbaik hanya kepada Tuhan. Kejatuhan masyarakat dimulai dari pribadi-pribadi yang keropos; pemulihannya dimulai dari pribadi-pribadi taat kepada Tuhan.

Senin, 03 Oktober 2011

Materi Pelengkap Konsep Dasar IPS

Bagi teman-teman yang mau mendownload materi pelengkap konsep dasar IPS sub bahasan Fakta, Konsep, Generaliasi dan Teori silahkan klik di sini.

Terima Kasih.

Jumat, 30 September 2011

Renungan, 30 September 2011

Pemulihan Pasti Terjadi

Melihat kondisi di negara kita, para pemimpinnya saling bertengkar memperebutkan jatah kekuasaan, proyek, dan popularitas, kita merasa pesimis. Bayangkan untuk aji mumpung seperti itu, integritas dikorbankan, kebenaran diputarbalikkan, rakyat diperas dan ditindas, dijadikan alat untuk mencapai tujuan jahat mereka yang punya kuasa. Benarkah kita harus pesimis bahwa tidak mungkin lagi bangsa dan negara kita diperbaiki? Disterilkan dari nafsu serakah dan budaya korupsi? Dibersihkan dari oknum-oknum yang kerjanya memangsa orang-orang lemah?

Di Yesaya 1:5-6 Tuhan sendiri ‘mengeluh’: Mau diapakan lagi bangsa yang bejat luar dalam ini? Kalau Tuhan sudah bertanya seperti itu, apalagi yang bisa kita perkatakan? Justru Tuhan masih memiliki rencana akbar-Nya. Rencana yang tidak pernah pudar asanya, walaupun situasi kondisinya seperti tak berpengharapan. Penghukuman sekarang, penghakiman saat ini memang tidak kelihatan berdampak dahsyat, langsung dan menyeluruh. Namun, Tuhan sudah menetapkan suatu waktu, ’pada hari-hari terakhir’ akan terjadi Sion, tempat Bait Allah didirikan, yang oleh karena dosa-dosanya dihancurkan, kembali menjadi tempat di mana kemuliaan dan keadilan Allah dinyatakan ke seluruh dunia! Pemulihan yang dinubuatkan ini akan terwujud bukan secara nasional melainkan internasional bahkan universal!

Kapan hal itu akan terjadi? Para penafsir berbeda pandangan. Yang melihat teks ini secara harfiah menantikan penggenapannya saat Tuhan Yesus datang kembali, di mana Kerajaan Israel akan berdiri kembali. Yang melihatnya sebagai simbol kerajaan Allah di mana Kristuslah Rajanya menyatakan bahwa secara rohani kerajaan Allah sudah dimulai saat inkarnasi. Damai yang dibawa-Nya tercermin dari komunitas gereja yang memancarkan terang firman kepada dunia dalam kegelapan. Dalam Kristus hanya ada damai sejati, tak ada permusuhan dan peperangan. Yang penting saat ini adalah mengantisipasi penggenapan nubuat ini dengan mengikuti ajakan Yesaya: mari kita berjalan di dalam terang Tuhan! (5).


Kamis, 29 September 2011

Renungan, 29 September 2011

Berdoa Untuk Pemulihan

Tudingan Yesaya bahwa Yerusalem telah menjadi pelacur (21) memang keras, namun benar! Umat Tuhan telah melacurkan dirinya kepada ilah bangsa lain (29), para pemimpinnya telah menindas rakyatnya (23). Segala sesuatu yang berharga dalam hidup umat Tuhan yang dilambangkan perak dan anggur telah menjadi tidak berarti bahkan najis.

Bagaimanakah sikap Tuhan terhadap pengkhianatan mereka? Di satu sisi Tuhan menyatakan penghakiman yang dahsyat dan penghukuman yang keras (24, 28). Akan tetapi di sisi lain, tindakan keras Tuhan adalah untuk memurnikan umat-Nya (26) dari para pemimpin yang korup, yang moralitasnya bobrok, yang menyalah gunakan jabatan untuk keuntungan pribadi agar tidak lebih lanjut mengkontaminasi umat Tuhan. Ibarat perak yang kotor dibakar agar murni kembali demikian hukuman Tuhan yang keras dimaksud untuk membersihkan mereka dari orang-orang jahat. Sebaliknya orang benar akan Tuhan luputkan dan selamatkan (27). Tidak ada yang dapat menyelamatkan diri dari murka Tuhan! Bahkan mereka yang mengandalkan dewa-dewi sesembahan mereka akan mendapat malu karena sandaran mereka tidak ada apa-apanya (29-31).

Beranikah Anda mewakili Tuhan menuding kota Anda sebagai kota maksiat di mana kebejatan moral dan korupsi melanda segala lapisan masyarakat? Tentu dengan lebih dahulu Anda berkaca pada firman-Nya bahwa Anda bukan bagian dari kemaksiatan dan kebejatan moral tersebut. Juga bukan tujuan Anda meminta Tuhan memusnahkan kota Anda melainkan memurnikannya sehingga orang benar terpelihara, kejahatan dihancurkan! Oleh sebab itu, waktu kita bersyafaat untuk bangsa dan negara kita jangan hanya minta berkat dan belas kasih untuk semua orang. Kita harus bersyafaat dengan menangis agar hukuman setimpal dijatuhkan kepada pemimpin yang merusak bangsa dan negara kita. Kita harus berdoa untuk pertobatannya, dan berdoa untuk pemulihan moralitas seluruh anak negeri. Tentu, kita harus siap menjadi utusan Allah bagi pemulihan bangsa dan negara kita!

Rabu, 28 September 2011

Renungan, 28 September 2011

Stop Sandiwara Rohani

Perikop hari ini mengontraskan keadaan moral bangsa Israel dengan sandiwara ritual keagamaan yang mereka mainkan. Perhatikanlah bahwa di awal seruan ini pemimpin maupun rakyat Israel diidentikkan dengan pemimpin Sodom dan rakyat Gomora. Menyambung pembahasan renungan kemarin, ini artinya sebenarnya moralitas dan perilaku mereka sudah memberikan Tuhan alasan yang lebih dari cukup untuk membinasakan mereka. Bahwa mereka masih bertahan dan masih ada sebagai satu bangsa, itu semata-mata karena kemurahan Tuhan, bukan karena kebaikan mereka.

Ironisnya, orang-orang ini tidak menyadari bahwa hidup mereka tidak berkenan kepada Tuhan. Mereka merasa hubungan mereka dengan Tuhan baik-baik saja karena mereka masih melakukan ritual yang Tuhan minta. Bisa jadi mereka cukup giat dan mengeluarkan banyak uang untuk ritual ini. Giatnya mereka dan persembahan itu dipandang memadai untuk memuaskan Tuhan. Sepertinya bukan Tuhan yang mereka coba puaskan, tetapi rasa bersalah yang ada dalam diri mereka. Dengan perayaan dan persembahan itu, mereka mencoba membeli rasa tenang dalam hidup sehingga mereka bebas melakukan apa yang mereka mau.
Tuhan berpandangan lain. Ia menantang bangsa Israel untuk mengalihkan ibadah mereka dari upaya menenangkan diri sendiri menjadi sungguh-sungguh untuk menyenangkan hati TUHAN dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki: bukan ritual-ritual keagamaan melainkan tindakan nyata kepada sesama, kontribusi nyata dalam kehidupan bermasyarakat (16-17).

Mari jujur kepada diri sendiri. Apakah sikap ibadah kita selama ini murni untuk menyembah Tuhan? Kalau ya, pasti ujud luarnya adalah kasih dan keadilan bagi sesama! Namun, kalau kita melakukan semua ibadah itu hanya agar merasa tenang, bebas dari rasa bersalah tak heran ibadah kita hanya sebatas ritual semata, tidak membuahkan hidup yang menjadi berkat buat sesama. Kalau demikian, Tuhan menantang kita hari ini: bertobatlah!

Selasa, 27 September 2011

Renungan, 27 September 2011

Kalau Bukan Kemurahan Allah

Orang bebal berkata dalam hatinya, "tidak ada Allah" (Mzm. 14:1). Pantaskah julukan ini diberikan kepada Israel yang digambarkan dalam perikop ini? Yesaya membandingkan bangsa Israel dengan lembu dan keledai. Kalau ternak ini mengenal pemiliknya, maka bangsa Israel bukan saja tidak mengakui Tuhan yang memelihara hidup mereka, malahan memberontak kepada Sang Pemilik (2-4).

"Yang Mahakudus, Allah Israel" (4) adalah frase khas yang akan sering kita jumpai selama membaca Kitab Yesaya. Yesaya hendak mengontraskan karakter Tuhan yang kudus dengan umat-Nya yang penuh dosa ini. Tuhan adalah "Yang Mahakudus". Ia tidak berkaitan apa pun dengan dosa. Namun Dia adalah Allah dari Israel yang penuh dosa. Yang Mahakudus memilih keluar dari "zona nyaman"-nya untuk menjadi Allah bagi bangsa Israel yang dalam bacaan hari ini jelas sekali digambarkan sebagai pihak yang tak tahu diri.

Apa lagi yang kurang bagi mereka? Yang Mahakudus sendiri memilih menghampiri mereka dan menjadi Allah mereka tetapi mereka malah memberontak (2) dan menista (4) Dia! Sesuai perjanjian antara Tuhan dan bangsa Israel, Ia menghajar mereka supaya bertobat dan berbalik kepada-Nya (5, bnd. Im. 26:14-39). Bukannya bertobat dan menjadi lebih baik, hajaran itu tidak mengurangi sikap murtad mereka. Sampai-sampai kalau diandaikan dengan tubuh manusia, tidak ada lagi bagian yang belum dipukul oleh Tuhan (7). Namun toh orang Israel tetap bebal dan tidak tahu bersyukur. Kalau bukan karena Tuhan yang panjang sabar dan menahan diri, sudah habislah bangsa ini. Akan tetapi, Tuhan bermurah hati dan tidak tega memberikan kepada bangsa Israel penghukuman yang seharusnya pantas mereka terima.

Bukankah keadaan kita pun serupa? Kita adalah manusia yang bebal. Yang Mahakudus berinisiatif menghampiri kita, bahkan lewat Tuhan Yesus yang mati dan bangkit. Tetap kita memberontak dan bandel. Tetapi Ia panjang sabar menantikan kita. Maukah Anda merespons kasih-Nya dengan berhenti dari kekeraskepalaan Anda?

Senin, 26 September 2011

Renungan, 26 September 2011

Pilih Yang Mana?

Ada lagu Sekolah Minggu mengenai dua jalan: yang satu lebar, yang lain sempit. Gambaran tentang jalan ada di pasal sebelumnya dalam nasihat sang ayah kepada si anak agar memilih jalan yang benar dan tidak memilih jalan yang menuju maut. Jalan-jalan tersebut mewakili perjalanan kehidupan.

Nas hari ini merupakan klimaks dari Amsal 1-9, yang memberikan kejelasan mengenai dua jalan yang dimaksud. Kita melihat dua perempuan yang berseru, perempuan Hikmat dan perempuan Bebal. Hikmat mendirikan rumah megah dengan tujuh tiang (1), ini menggambarkan kekokohan. Hikmat akan mengadakan pesta besar (2). Lalu dia mengirim pelayan-pelayannya untuk berseru-seru di atas di tempat tempat yang tinggi di kota, guna mengumandangkan undangan kepada orang-orang di sana (3). Hikmat mengundang orang yang tidak berpengalaman dan yang tidak berakal budi untuk datang menyantap hidangannya (4-5) supaya mereka membuang kebodohan, lalu hidup dan mengikuti jalan pengertian (6).

Kemudian perempuan Bebal diperkenalkan dengan sebutan cerewet, tidak berpengalaman, dan tidak tahu malu (13). Seperti Hikmat, dia juga memanggil orang yang lalu lalang dari tempat yang tinggi (14). Ia juga mengundang orang yang sama, yang diundang oleh Hikmat, yaitu orang yang tidak berpengalaman dan yang tidak berakal budi (16, bnd. 4). Namun berbeda dengan Hikmat, perempuan Bebal menyediakan air curian dan makanan yang dimakan secara sembunyi-sembunyi (17). Orang yang memilih untuk menyantap hidangannya akan menuju kematian (18).

Kedua perempuan itu mewakili dua jalan yang harus dipilih. Keduanya menawarkan persekutuan. (Dengan demikian Hikmat bukan hanya merupakan personafikasi dari Hikmat Yahweh tetapi merupakan personifikasi dari Yahweh sendiri). Orang-orang yang diundang harus memutuskan siapa yang mereka pilih. Jika mereka memilih mengikuti jalan Allah, mereka akan beroleh hidup (6); tetapi jika memilih ilah, mereka akan beroleh kematian (18). Jika Anda diminta memilih, jalan mana yang akan Anda pilih?

Jumat, 23 September 2011

Renungan, 23 September 2011

Undangan Hikmat

Narator dalam ayat 1-3 memperkenalkan Hikmat yang berseru-seru di tempat yang tinggi, di tepi jalan, di persimpangan jalan, dan di pintu gerbang. Ini berarti suara Hikmat dapat didengar oleh orang-orang yang lalu lalang karena ia ada di tempat tinggi. Banyak orang yang akan mendengar dia karena dia ada dipersimpangan jalan dan di pintu gerbang kota yang merupakan pusat segala kegiatan. Dari apa yang dinyatakan, kita dapat melihat bahwa Hikmat yang dimaksud ternyata merupakan personifikasi.

Hikmat berseru kepada para anak muda yang tidak berpengalaman (4-5), karena mereka berada di persimpangan jalan. Hikmat memperkenalkan dirinya sebagai pribadi yang mengatakan kebenaran, keadilan, yang tidak belat belit, dan yang lurus. Dia menjauhi kefasikan dan apa yang serong. Seharusnya dirinya diterima lebih dari perak dan emas pilihan, bahkan permata (10-11).

Hikmat kemudian berkata bahwa ia tinggal dengan kecerdasan serta memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan (12). Orang yang takut akan Tuhan (yaitu mereka yang berhikmat, bnd. 1:7) adalah orang yang membenci kejahatan dan tipu muslihat (13). Pada Hikmat terdapat nasihat dan pertimbangan, pengertian dan kekuatan. Hikmat juga mempunyai relasi dengan para raja dan penguasa (15-16). Ia tidak sulit dicari dan orang yang tekun pasti akan mendapatkannya karena ia mengasihi orang yang mengasihi dia (17). Supaya para anak muda tergerak untuk tekun mencarinya, Hikmat mengingatkan para pendengarnya bahwa ada upah yang luar biasa bagi mereka yang memiliki relasi dengannya, yaitu kekayaan dan kehormatan dan keadilan (18). Hasil dari menjadi bijaksana adalah buah yang lebih berharga dari emas, karena mereka yang mencari hikmat akan mendapat banyak kekayaan (21).

Marilah kita menyadari bahwa begitu pentingnya kita mempunyai relasi dengan Hikmat. Bahkan kita harus mementingkan hikmat lebih daripada emas dan perak. Hanya mereka yang memilih Hikmat yang akan berhasil dalam hidup ini.

Kamis, 22 September 2011

Jadwal Pengambilan KTM Mahasiswa Angkatan 2011

Bagi teman-teman yang ingin mengetahui kapan jadwal pengambilan KTM, dapat dilihat di sini.
Terima kasih.


Selasa, 20 September 2011

Belajar Dan Pembelajaran SD

Bagi yang ingin mendownload materi Belajar dan Pembelajaran SD, silahkan klik di sini.

Terima Kasih.

Renungan, 20 September 2011

Jangan Berzina!


Dalam nas hari ini sang ayah memberi nasihat agar si anak menghindari perzinaan. Kata yang dipakai bukanlah nasihat, tetapi "perintah" dan "ajaran" (torah, 2). Ini menunjukkan bahwa bagian itu merupakan hukum Allah yang berotoritas (bnd. Kel. 20:14). Menaati perintah ini akan membawa orang pada jalan kehidupan (23) yang akan melindungi sang anak dari perempuan jahat (24).
 
Kita dapat melihat bahwa dalam dunia kuno ada dua kelas wanita yang berbahaya: wanita sundal dan istri yang berselingkuh. Melakukan hubungan dengan salah seorang dari mereka jelas salah, walaupun ada perbedaan di antara keduanya. Akibat berhubungan dengan istri orang lain jauh lebih berbahaya (26). Jika hubungan dengan wanita sundal akan menghabiskan harta, hubungan dengan isteri orang lain akan menghilangkan nyawa (bnd. 34-35). Tidak mungkin hubungan itu dirahasiakan. Sama mustahilnya dengan membawa api dalam gelembung baju, tetapi bajunya tidak boleh terbakar (27). Atau berjalan di atas bara api tanpa mengalami kaki hangus (28). Bila orang mencuri dan ketahuan, ia harus membayar kembali tujuh kali lipat, yaitu seluruh denda yang dibebankan (30-31). Begitulah orang yang menghampiri istri orang, pasti ketahuan dan dihukum. Orang yang berzina tidak perlu dikasihani karena tidak berakal budi dan merusak diri (32).

Ketika hubungan dengan isteri orang ketahuan, seseorang bukan saja akan mendapat cemooh dan malu (33), tetapi jauh lebih parah dari itu ia akan mendapat hukuman mati. Suami yang cemburu tidak akan bersedia menerima tebusan untuk menggantikan nyawa pasangan yang berselingkuh, dan karenanya kematian yang akan menjadi hukuman (34-35).

Walau sekarang pezina tidak dihukum mati, tetapi mari sadari bahwa perzinaan melanggar perintah Allah dan berakibat mengerikan. Melakukan perzinahan dengan wanita sundal merupakan dosa besar dan merusak keluarga sendiri. Namun melakukan perzinaan dengan isteri orang lebih parah lagi karena merusak dua keluarga. Keduanya harus dihindari dengan segala cara.

Senin, 19 September 2011

Update Blog

Mohon maaf atas ketidak nyamanannya atas pengelolaan blog ini. Soalnya admin baru isi modem hari ini.Mulai besok, blog sudah dapat di update seperti semula. Terima kasih.

Administrator

Minggu, 11 September 2011

Renungan, 11 September 2011

Aman Berlindung Dalam Tuhan

Aman menurut Alkitab bukan sekadar tidak ada musuh atau bencana atau masalah yang menghadang hidup orang percaya. Aman dalam Alkitab adalah kondisi batin orang yang percaya penuh kepada Tuhan. Ia yakin bahwa tidak ada apa pun yang akan terjadi pada dirinya di luar pengetahuan, kendali, dan kasih Tuhan.

Mazmur 31 adalah ungkapan pemazmur yang menggumuli masalah dalam hidupnya, yang menekan dia terus menerus. Sampai selesai mazmur ini digubah dan dilantunkan, masalah yang dihadapi pemazmur masih ada, bahkan ada saat di mana pemazmur merasakan seakan Tuhan telah melupakan dirinya (23).

Bagian pertama mazmur ini, ay. 2-9 lebih bernada positif. Pemazmur di tengah seruan minta tolongnya mengungkapkan keyakinannya bahwa Tuhan pasti menolong. Berulang kali pemazmur meminta agar Tuhan melindunginya, sekaligus ia menyatakan bahwa Tuhan adalah tempat perlindungannya (2, 3, 5) Rupanya keyakinan itu kuat karena pengalaman pemazmur pernah ditolong Tuhan (8-9).

Keyakinan pemazmur dilandaskan pada pengenalannya akan karakter Tuhan. Tuhan membenci para penyembah berhala (7). Menyembah berhala berarti menolak mengakui Tuhan berdaulat atas hidupnya. Di ayat 18 mereka disebut orang fasik. Sebaliknya, Tuhan penuh kasih setia kepada umat-Nya, yaitu yang tunduk pada kedaulatan-Nya, dan yang berani memercayakan hidupnya kepada Dia (8, lihat juga 22).

Merasa aman dalam perlindungan Tuhan adalah karakter yang harus dikembangkan dalam kerohanian kita. Ini bukan masalah temperamen tetapi iman. Orang yang imannya bertumbuh akan semakin memercayai pemeliharaan Tuhan walaupun situasi dan kondisi di sekeliling tidak kondusif. Apakah Anda orang beriman?

Kamis, 08 September 2011

Renungan, 8 September 2011

Cari dan Kejar

Tak banyak orang yang menganggap hikmat itu penting, terutama di zaman ini. Orang lebih mengutamakan pencapaian materi atau prestasi. Nyatanya hikmat tidak bisa diukur secara fisik. Kita baru bisa melihat apakah seseorang itu berhikmat dari karakter dan nilai-nilai yang dia anut.

Bila Alkitab bicara tentang hikmat, maka kita bukan hanya bicara masalah konseptual. Bicara tentang hikmat berarti bicara tentang takut akan Tuhan dan pengenalan akan Dia (5-6). Itu berarti bicara hikmat adalah bicara kemampuan orang untuk hidup mengikuti kehendak Allah. Namun kemampuan itu bukan berasal dari orang itu sendiri, karena sumber hikmat ialah Tuhan (6). Hikmat itulah yang mewarnai hidup dan menolong orang untuk menjalani hari-harinya (7-9). Sebab itu orang harus merespons hikmat secara tepat. Orang harus menerima perkataannya, menyimpan perintahnya, serta memperhatikan dan mencenderungkan hati kepada hikmat (1-2). Di sisi lain, hikmat tidak selalu mudah didapat. Harus dicari (3-4) seperti orang mencari harta terpendam.

Akan tetapi siapa yang mau bersusah payah untuk memperoleh hikmat? Tidak banyak. Namun sebagai orang beriman kita harus tahu makna hikmat bagi kita. Karena dengan hikmatlah, Tuhan mengajar kita agar piawai menghindari berbagai jebakan terhadap iman kita. Dengan hikmatlah Tuhan mempersenjatai kita untuk melawan aneka jerat dosa. Dan satu-satunya cara agar kita memiliki hikmat adalah melalui persekutuan kita dengan Tuhan secara pribadi hari demi hari. Melalui pembacaan Alkitab setiap hari Tuhan akan mendidik kita agar menjadi pribadi yang bijak dan mengalami berkat yang tersedia bagi orang yang berhikmat. Melalui Alkitablah Tuhan menyatakan diri-Nya kepada kita. Hanya Alkitab yang dapat menjadi buku pegangan kita untuk tahu bagaimana kita harus hidup. Bahkan lebih dari itu, hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan dari pada sepuluh penguasa dalam kota (Pkh. 7:19). Kiranya Tuhan menolong kita untuk mengisi hari-hari kita dengan mencari dan mengejar hikmat yang telah Dia sediakan bagi kita.

Rabu, 07 September 2011

Renungan, 7 September 2011

Jangan Pilih Bodoh

Dalam amsal, hikmat sering digambarkan sebagai seorang perempuan (dalam bahasa Ibrani, Hikmat bersifat feminin). Bila sebelumnya kita melihat gambaran seorang ayah/guru yang menasihati seorang muda yang belum berpengalaman, dalam bacaan ini kita melihat gambaran seorang perempuan yang berbicara kepada orang yang memilih jalannya sendiri.

Si Perempuan Hikmat pergi ke tempat-tempat yang memungkinkan dia didengar orang banyak. Ia pergi ke jalan-jalan, ke lapangan-lapangan, di atas tembok-tembok, dan di depan pintu-pintu gerbang kota (20-21). Lalu kepada siapa ia memperdengarkan suaranya? Kepada orang yang tak berpengalaman, pencemooh, dan orang bebal (22). Mengapa si Perempuan Hikmat menujukan perkataannya kepada mereka? Kita perhatikan kesamaan di antara ketiga jenis orang itu: mereka tidak ingin berubah. Parahnya, itu bukan karena mereka bodoh melainkan karena tidak peduli, abai, dan menolak seruan hikmat (24-25, 29-30). Akibatnya fatal! Tak ada jalan untuk kembali.

Celaka akan menimpa mereka (26-27, 31-32). Pada saat itu tidak ada gunanya lagi membuka diri pada nasihat (28). Pada saat itu tak ada gunanya lagi mencari pertolongan dari si Perempuan Hikmat, karena ia justru akan menertawakan dan mengolok-olok mereka (26). Ia juga tidak mau menjawab mereka (28). Bukan karena ia kejam atau tak berperikemanusiaan, melainkan karena kebodohan orang yang memilih untuk tetap menjadi bodoh sehingga tidak mau belajar dan tidak mau waspada terhadap hal-hal yang akan terjadi kemudian.

Orang memang bebas memilih cara hidupnya. Namun harus diingat bahwa hidup seseorang merupakan hasil dari pilihan-pilihan yang telah dibuat. Jadi jelas bahwa kebodohan seseorang bukan akibat dari sesuatu yang disebut nasib atau takdir. Kebodohan orang terjadi karena kesalahannya sendiri (31-32), tidak mau belajar dan tidak mau terbuka pada hikmat. Orang yang memilih untuk tetap bodoh akan menanggung konsekuensi dari kebodohannya. Namun jalan hikmat adalah jalan menuju kehidupan yang dipenuhi damai sejahtera.

Selasa, 06 September 2011

Renungan, 6 September 2011

Hikmat Dalam Lingkaran Relasi
 
Seorang anak bergantung sekali pada orang tua. Saat beranjak remaja, teman akan berpengaruh besar hingga ia lebih suka mendengar teman dibanding orang tua. Sungguh prihatin bila remaja memiliki teman yang memberi pengaruh negatif dan sungguh tragis bila orang tua bila tidak dapat menanamkan pengaruh apa pun dalam diri anak mereka.
Bagian ini menyajikan nasihat, mungkin nasihat orang tua kepada anak atau bisa juga nasihat seorang guru kepada anak didiknya mengenai relasi dengan orang di sekitarnya.

Lingkaran relasi yang pertama adalah relasi di dalam rumah, yaitu antara anak dengan orang tua. Si anak dianjurkan untuk memberi perhatian serius pada ajaran orang tua karena itulah harta berharga bagi hidupnya (8-9). Maka mau memperhatikan adalah tindakan penting yang harus dilakukan si anak. Namun orang tua pun harus menyediakan waktu untuk berbagi hidup dengan anak.

Lingkaran relasi yang kedua adalah antara anak dengan lingkungan pergaulannya. Namun teman dapat memberi pengaruh kuat, terutama dalam diri remaja yang tidak memiliki teladan. Bila si remaja tidak memiliki rasa aman di dalam dirinya, ia bisa mudah tertarik kepada orang-orang yang menawarkan kekuasaan atas orang lain (10-14). Memang banyak sekali terbentuk geng di dalam lingkungan remaja, yang menjurus ke arah premanisme dan belakangan berkembang menjadi jaringan perdagangan narkotika. Itu sebabnya penulis amsal menasihati si anak dalam hal memilih orang yang patut dijadikan teman (15-19).

Melihat dunia yang dihadapi anak, kita tahu peranan relasi orang tua dengan anak. Maka sebagai orang tua, tanamkan rasa percaya anak terhadap Anda dan berikan teladan agar anak merasa nyaman untuk berbagi hidup dengan Anda. Sebagai anak, ketahuilah bahwa Tuhan memerintahkan kita menghormati orang tua karena Ia telah memercayakan Anda dalam pendidikan orang tua Anda. Dan bagi Anda yang melayani generasi muda, ingatlah pentingnya peranan Anda untuk merebut mereka dari pengaruh dunia berdosa dan membuat mereka mau menjalani hidup di dalam Tuhan.
 

Senin, 05 September 2011

SK dan KD Konsep Dasar IPS D, by : Pak Suroso

Bagi yang ingin mendownload file SK dan KD Konsep Dasar IPS, silahkan klik di sini.

Renungan, 5 September 2011


Mari Berhikmat

Zaman ini pendidikan dianggap sebagai jalan menuju sukses. Tak heran banyak orang tua memasukkan anak ke sekolah berlabel internasional untuk mempersiapkan anaknya punya masa depan yang lebih baik. Ini tidak salah, tetapi harus disadari bahwa kesuksesan bukan semata-mata bicara masalah kemapanan materi.

Penulis amsal sadar benar tentang apa yang diperlukan generasi muda. Karena belum banyak makan asam garam kehidupan, orang muda sering disebut naif sebab bertindak tanpa pikir panjang dan hanya mengikuti ego atau hawa nafsu. Akibatnya, orang muda sering terjatuh ke dalam lubang yang sama meski dinasihati berulang kali. Mungkin usia kita tidak lagi muda, tetapi apakah karakter semacam itu ada pada kita? Lalu apa yang harus kita lakukan?

Kumpulan amsal ini ditulis untuk menolong orang bertumbuh dalam iman sehingga memiliki hikmat dalam moral dan etika. Penulis amsal berpendapat bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan (7). Ini akan tampak dari tunduknya seseorang pada kehendak Tuhan dan kerinduannya untuk tidak berdosa melawan Tuhan. Itulah hikmat yang dimaksud penulis amsal, yaitu hidup sesuai sudut pandang Allah.

Hikmat memampukan orang untuk memahami pengajaran dalam berbagai bentuk (2, 6) sehingga bisa menjadi lebih pandai (3). Bukan hanya pandai dalam melakukan sesuatu, melainkan untuk melakukannya dengan benar, adil, dan jujur. Penulis amsal menyatakan bahwa hikmat diperlukan juga oleh orang yang sudah bijak agar makin berhikmat (5).

Tidak banyak orang mencari hikmat, tetapi sebagai orang beriman kita tahu bahwa hanya dengan hidup takut akan Tuhan orang akan tahu bagaimana ia harus hidup, bagaimana ia harus mengatasi masalah, bagaimana ia harus mengambil keputusan, bagaimana ia harus tegak di tengah badai yang menantang iman. Kiranya firman Tuhan yang kita baca menjadikan kita berhikmat. Dan jangan lupa, perlengkapi juga generasi muda yang ada di depan kita dengan hikmat ini agar mereka pun piawai menata hidup di dalam Tuhan sebagaimana kita telah melakoninya.

Minggu, 04 September 2011

Renungan, 4 September 2011

Belajar Bersyukur
 
Pengalaman hidup anak Tuhan tidak selalu berjalan baik dan mulus. Perjalanan itu bisa diumpamakan menaiki wahana halilintar di Dunia Fantasi, salah satu arena permainan di Jakarta. Jalannya naik turun, kecepatan berubah-ubah. Ada saat kepala di bawah, lalu di samping, dst. Perut serasa dikocok-kocok. Tak jarang ada penumpang yang kemudian muntah-muntah. Satu hal yang pasti dijamin oleh pemilik wahana tersebut, kereta yang memuat penumpang terikat erat dengan mesinnya sehingga dipastikan aman, demikian juga penumpangnya.

Pengalaman yang dicatat oleh mazmur ini memang dominan syukur dan pujian (2, 5-6, 12). Syukur dan pujian itu terjadi karena pengalaman ditolong atau dibebaskan dari gonjang-ganjing kehidupan. Dengan kata lain, sebelum jalannya aman dan tentram, ada pengalaman hidup yang berat, menimbulkan ketar-ketir di hati serta keluhan dan permohonan belas kasih agar dilepaskan dari situasi seperti ini.

Di satu sisi pemazmur meyakini perlindungan Tuhan memberi rasa aman dan sentosa (7-8a). Di sisi lain, perubahan begitu cepat terjadi, bahkan pemazmur merasakan hal tersebut disengaja oleh Tuhan (8b). Namun, pemazmur tidak mempermasalahkan hal itu. Yang penting, ia tahu bahwa dahulu Tuhan pernah menolong dirinya keluar dari kemelut hidup. Sekarang ia meminta dengan iman agar Tuhan sekali lagi menolong dia, melepaskannya dari masalah agar dapat memuji-muji Tuhan lagi.

Mazmur ini mengingatkan kita bahwa Tuhan itu baik. Ia pasti menolong kita tepat pada waktunya. Namun, Dia baik juga dalam hal menggoncang kehidupan kita tatkala kita terlena dengan rasa aman dan nyaman sehingga melupakan realitas dosa di dunia ini. Tujuan Tuhan mengoyang hidup kita adalah agar kita ingat bahwa kita membutuhkan Tuhan senantiasa dalam hidup kita sehingga kita belajar bersandar pada-Nya. Jadi mari bersama pemazmur, kita bersyukur kepada Tuhan.
 

Jumat, 02 September 2011

Renungan, 2 September 2011

Persekutuan Anggota Tubuh Kristus

Kesatuan orang percaya bagaikan kesatuan sebuah keluarga. Ada berbagai unsur di dalamnya yang berinteraksi dan menciptakan berbagai suasana: sukacita, saling membangun, saling mengasihi.

Dari surat Paulus, kita dapat melihat setidaknya ada 2 unsur dalam jemaat Galatia yaitu mereka yang rohani dan mereka yang masih butuh bimbingan, yaitu yang masih mudah jatuh ke dalam dosa. Lalu siapa yang harus menolong mereka? Yaitu mereka, yang dapat dikatakan dewasa dalam kerohanian dan pengetahuan iman, bijaksana, serta berhikmat. Mereka bertanggung jawab untuk memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut (1). Walau demikian, bukan berarti bahwa mereka yang rohani sudah kebal dari berbagai kemungkinan untuk jatuh ke dalam dosa. Sebab itu Paulus menasihati agar mereka juga waspada sehingga tidak ikut jatuh. Di sisi lain, orang yang rohani tidak boleh membanggakan diri karena sudah mampu membimbing orang lain (4-5). Juga tidak boleh menghakimi karena kelemahan orang yang mereka layani. 

Sebaliknya mereka harus sadar bahwa merupakan kehendak Tuhanlah bila mereka menolong sesama saudara seiman (3). Sebab itu mereka harus memusatkan diri pada tanggung jawab pribadi di hadapan Allah, yaitu pada karya Allah di dalam dan melalui diri mereka. Lalu sebagai timbal balik, mereka yang menerima pelayanan harus berbagi dengan orang yang telah melayani mereka (6).

Isi surat Paulus ini membuat kita harus menengok ulang kehidupan gereja kita. Ketika ada orang yang jatuh ke dalam dosa, mana yang lebih banyak: orang yang menyalahkan dan mencemooh atau yang menolong? Seharusnya kita yang rohani membimbing orang yang jatuh ke dalam dosa agar ia kembali berdiri tegak di dalam iman. Mereka yang merasa dekat dengan Tuhan seharusnya berkerinduan untuk memulihkan dan mendoakan orang yang tersandung dosa dan bukan malah menuding. Begitulah seharusnya persekutuan sesama anggota tubuh Kristus, saling menanggung beban satu sama lain dan peduli terhadap anggota yang sedang mengalami malfungsi.

Kamis, 01 September 2011

Renungan, 1 September 2011

Antidot
Galatia 5 : 16-26

Antidot adalah obat penawar racun (bisa) atau penangkal penyakit. Dalam pandangan Paulus, orang Galatia bagai sedang menderita penyakit karena ada konflik di internal komunitas mereka (15).

Sebelumnya, yaitu dalam Galatia 5:13, Paulus telah menekankan bahwa manusia dimerdekakan oleh Kristus bukan untuk hidup dalam dosa, melainkan untuk saling melayani berdasarkan kasih. Lalu mengapa konflik ini dapat terjadi? Karena ada peperangan antara kedagingan dan keinginan Roh di dalam diri orang-orang Galatia, yang sayangnya sering berakhir dengan kemenangan di pihak kedagingan (17). Sebab itu Paulus menyediakan antidot bagi keegoisan dan perselisihan itu, yaitu "hidup oleh Roh" (16, 25) dan dipimpin oleh Roh" (18, 25). Orang yang hidup dalam kedagingan tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (21).

Hidup oleh Roh tidak sama dengan hidup di bawah hukum Taurat. Hidup oleh Roh bermakna kemerdekaan sedangkan hidup di bawah hukum Taurat berarti terikat belenggu.

Hidup oleh Roh adalah anugerah hidup baru dari Roh Kudus. Hidup oleh Roh adalah prasyarat untuk dapat dipimpin oleh Roh. Orang yang hidup oleh Roh akan mengenali suara Roh dan mampu taat pada pimpinan-Nya.

Kepatuhan seseorang pada kepemimpinan Roh dalam hidupnya merupakan antidot bagi segala penyakit kedagingan yang Paulus daftarkan dalam perikop ini (19-21). Bila orang percaya kepada Kristus dan menaklukkan diri di bawah kepemimpinan Roh Kudus maka ia akan mengalami sebuah perubahan radikal dan akan menghasilkan buah Roh (22-23). Hidup menurut Roh akan termanifestasi dalam kerukunan dan keharmonisan di antara orang-orang seiman (25-26).

Ini memperlihatkan kepada kita bahwa tunduknya seseorang pada pimpinan dan arahan Roh akan terlihat dalam sikap hidup kesehariannya, yang menunjukkan ketaatannya pada kehendak Allah. Dan salah satunya akan terlihat dalam sikap serta kerukunan seseorang dengan saudara-saudara seiman.

Rabu, 31 Agustus 2011

Selamat Idul Fitri 1432H


Kami selaku administrator RS11D Executive Class mengucapkan : Selamat Idul Fitri 1432 Hijriah, mohon maaf lahir dan batin. Ulang dari "nol" ya...


Administrator.

Renungan, 31 Agustus 2011

Tetap Dalam Kemerdekaan

Seorang tukang sayur memikul dagangannya berjalan menuju pasar di kota. Sebuah mobil bak terbuka berhenti di sampingnya. Sopirnya mempersilakan tukang sayur itu naik ke bak belakang supaya tidak usah berjalan menuju pasar. Namun anehnya, sementara mobil melaju menuju kota, si tukang sayur berdiri di bak mobil dengan masih memikul barang dagangannya. Ilustrasi ini merupakan gambaran mengenai seseorang yang sudah dimerdekakan dari dosa oleh Kristus, tetapi masih memikul dosanya sendiri, seolah-olah ia belum dimerdekakan. Memang ilustrasi tersebut tidak terlalu tepat untuk menjelaskan perikop hari ini. 

Perikop hari ini lebih serius daripada apa yang digambarkan oleh ilustrasi di atas. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa kalau orang sudah tahu bahwa keselamatan itu terjadi oleh karena iman kepada Kristus, lalu ia sudah mengalami kemerdekaan dari dosa oleh Kristus, tetapi kemudian ia berpaling dari Kristus lalu menghambakan diri lagi pada penegakan tuntutan Taurat, misalnya dengan menyunatkan dirinya, maka itu berarti orang tersebut tidak menganggap karya Kristus berguna dan berkuasa! Itu artinya dia menolak anugerah Tuhan dan memilih mengerjakan sendiri keselamatannya. Paulus juga menegur keras para pemimpin atau orang yang berpengaruh di gereja Galatia, yang ikut mengeruhkan suasana dengan ajaran dan ajakan mereka yang mengacau (10b). Paulus sendiri tetap konsisten dengan ajaran tersebut.

Ayat 13-15 ditujukan kepada orang-orang yang tidak goyah oleh ajaran sesat, tetapi yang salah mengerti akan kemerdekaan dalam Kristus. Mereka menyangka, merdeka berarti hidup tanpa aturan. Padahal Taurat adalah aturan menjalani hidup bagi orang yang sudah dimerdekakan oleh Kristus, yaitu saling mengasihi (14). Jadi yang terikat Taurat sebagai tuntutan untuk selamat dan yang menyangka Taurat tidak ada gunanya lagi, sama-sama salah. Kristus memerdekakan kita dari tuntutan Taurat agar kita dengan kasih melakukan Taurat untuk memuliakan Tuhan dan memberkati sesama.

Selasa, 30 Agustus 2011

Renungan, 30 Agustus 2011

Anak Merdeka atau Anak Hamba?

Dalam upaya menjelaskan kepada jemaat Galatia bahwa keselamatan itu ada karena iman kepada Yesus, Paulus memakai banyak ilustrasi dari Perjanjian Lama. Kali ini perbandingan antara Sara dan Hagar. Dua-duanya adalah istri Abraham dan dua-duanya melahirkan putra-putra bagi Abraham. Namun keduanya berbeda secara status.

Hagar adalah hamba Sara, yang diberikan Sara kepada Abraham agar melahirkan putra bagi Abraham. Namun walau Hagar melahirkan Ismael bagi Abraham, status Hagar tetaplah hamba, bukan istri resmi.Sebaliknya Sara adalah istri resmi Abraham dan yang pada akhirnya akan melahirkan Ishak, putra tunggal Abraham dari Sara (Kej. 22:2a).

Paulus memakai kedua wanita yang ada dalam sejarah Israel itu untuk menunjukkan ironi dalam pandangan orang Yahudi yang menuntut Taurat sebagai syarat keselamatan. Orang Yahudi adalah keturunan Abraham lewat Sara, tetapi mereka lupa bahwa Ishak ada karena pilihan dan anugerah Allah, bukan karena tindakan Abraham melakukan Taurat. Ishak adalah anak karena janji. Bila orang Yahudi memaksa untuk melakukan Taurat sebagai cara untuk menjadi umat pilihan, itu berarti mereka diperbudak oleh dosa. Mereka jadi seperti putra seorang hamba yang tidak menerima anugerah Allah karena memilih hidup di luar anugerah tersebut. Sebaliknya, Ismael adalah anak menurut daging. Artinya Ismael lahir karena keinginan manusia mendapatkan "berkat." Dan setiap usaha manusia untuk mendapatkan sesuatu di luar anugerah Allah sesungguhnya merupakan perhambaan dosa! Maka hanya ada satu cara untuk merdeka dari dosa, yaitu percaya kepada Tuhan Yesus!

Paulus berkata kepada jemaat Galatia bahwa mereka adalah anak-anak merdeka, bukan anak-anak hamba wanita. Oleh karena itu jangan mau diperhamba dengan membebani diri dengan tuntutan Taurat. Anak-anak merdeka akan melakukan Taurat bukan sebagai tuntutan, tetapi sebagai cara hidup yang sesuai dengan kemerdekaan yang mereka peroleh dari Kristus! Bagaimana menurut Anda, apakah Anda putra Sara atau putra Hagar?