Selasa, 11 Oktober 2011

Renungan, 11 Oktober 2011

Memahami Kasih Tuhan

"Hadiah" dari Tuhan untuk kita melalui kehidupan Hosea adalah: dengan Hosea menjadi personifikasi TUHAN dan cinta-Nya kepada Israel yang tidak taat, kita jadi sangat terbantu memahami betapa besarnya cinta Tuhan kepada Israel yang begitu tidak layak mendapatkannya. Pemahaman itu cukup mudah kita dapatkan ketika kita menempatkan diri sebagai Hosea, pria baik-baik yang mencari dan menikahi perempuan nakal dan alih-alih perempuan nakal itu bersyukur atas perbaikan statusnya, ia malah menjadi-jadi. Toh Tuhan tidak kurang sabar seperti Hosea yang tidak mencampakkan Gomer walau perempuan itu menjual dirinya bahkan setelah menjadi istri Hosea.

Gomer tiga kali mengandung. Di ayat 3 dikatakan "melahirkan baginya seorang anak laki-laki", tapi di ay. 6 dan 8 tidak dikatakan "baginya". Nampaknya Lo-Ruhama dan Lo-Ami bukan anak Hosea, melainkan anak-anak dari hubungan Gomer dengan pria-pria lain. Ketegangan hubungan Tuhan dengan Israel tergambar dari nama anak-anak Gomer, juga dari seluruh jalinan hubungan Hosea dan perempuan nakal ini. Tuhan sudah sangat geram, tetapi hubungan cinta kasih itu tidak bisa diputus begitu saja.

Di ayat 10-12 Tuhan menjanjikan satu masa depan yang indah; satu hari ketika orang Israel akan bertobat dan Tuhan tetap menanti dengan setia. "Hari Yizreel" (10) adalah hari di mana Tuhan menuai apa yang Dia tabur sebelumnya (4), sebab kata Yizreel memiliki dua makna dan Tuhan menggunakannya sebagai titik tolak pembaruan hubungan-Nya dengan Israel. Begitu pula "Ami" dan "Ruhama" (12), mereka yang dulu bukan siapa-siapa (6) kini menjadi kesayangan, yang dulu tak disayang dan bukan umat (9) kini kembali menjadi kesayangan dan umat (bnd. 1Pet. 2:10).

Pada tahap mana hubungan Anda dengan Tuhan saat ini? Pada paruh pertamakah (2-9) atau yang kedua (10-12)? Jika Anda belum berdamai dengan Tuhan, sambutlah panggilan-Nya. Ia masih sabar menanti Anda. Jika sudah, resapilah betapa besarnya cinta Tuhan kepada Anda dan berikanlah yang terbaik dari Anda untuk membalas cinta-Nya.

Senin, 10 Oktober 2011

Kuliah Kosong


Hari ini, Senin 10 Oktober 2011, mata kuliah Bahasa Inggris kosong. Akan digantikan pada hari esok. Info lebih lanjut, silahkan menghubungi Eka Kustina, lewat telepon maupun sms. 
Terima Kasih.

Renungan, 10 Oktiber 2011

Diutus Kepada Bangsa Yang Bebal

Kita telah mengikuti perjalanan Yesaya memaparkan kebobrokan bangsa Israel, pengharapan yang menanti mereka jika mereka bertobat dan juga ancaman-ancaman hukuman yang akan datang. Dalam nas ini Yesaya dipanggil "TUHAN semesta alam." Nas ini sangat terkenal, terutama ayat 8. Marilah kita perhatikan dialog antara Tuhan dan Yesaya setelah Yesaya mengatakan, "Ini aku, utuslah aku!"

Ayat 8 ternyata sama sekali bukan akhir dari adegan pemanggilan Yesaya di hadapan Tuhan. Setelah Yesaya menyerahkan dirinya, Tuhan mengatakan dengan gamblang kepada Yesaya bahwa dia akan "gagal" dalam menjalankan tugasnya. Bangsanya tidak akan mendengarkan kata-katanya. Walaupun mereka mendengar, mereka tidak akan mengerti (9); walaupun mereka melihat, mereka tidak akan tanggap (10). Mereka akan tetap bersikukuh dengan pandangan mereka, pemahaman mereka, cara hidup mereka. Lebih parah daripada Firaun di Mesir, nampaknya tidak ada yang bisa mengubah pemahaman dan sikap hidup mereka yang sudah begitu rusak.

Yesaya masih menduga bahwa sikap ini hanyalah permulaan dari tugasnya dan suatu saat bangsa itu akan berbalik (11), tetapi Tuhan mengatakan bahwa itu akan terus terjadi sampai bangsa itu benar-benar habis (13), tak lebih dari tunggul-tunggul belaka. Setelah pembersihan total itu terjadi, baru ia bisa mengharapkan awal yang baru. Timbul pertanyaan: Akankah Yesaya hidup cukup lama untuk menyaksikan tumbuhnya tunas baru dari tunggul itu? Apa tolok ukur keberhasilan Yesaya dalam menjalankan tugas ini? Akankah dia hanya menyuarakan lolongan sepi di tengah gurun?

Dari perikop ini nampak jelas bahwa Tuhan tidak menggunakan jumlah pertobatan sebagai tolok ukur. Yang Tuhan cari adalah hamba yang setia, yang mau pergi "untuk Dia" (ay. 8). Apa pun yang dihadapi. Apa pun yang terjadi. Apa pun hasilnya. B. Chapell mengatakan, "Kita dipanggil untuk hidup bagi Tuhan bukan cuma ketika kita harus mengorbankan segalanya, tapi juga ketika [karya kita] tidak nampak menghasilkan apa pun."

Jumat, 07 Oktober 2011

Renungan, 7 Oktober 2011

Keserakahan

Calvin dalam tafsirannya mengutip Krisostomus, "Kalau orang sudah serakah, kalau bisa, matahari pun akan dia ambil dari orang miskin." Ayat 8 mengingatkan kita tentang kejadian yang ramai menghiasi media-media massa kita. Orang yang sudah memiliki begitu banyak kekayaan merasa masih perlu mengambil dari mereka yang berkekurangan. Itulah ciri moralitas bangsa Israel yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Sebenarnya, jika semua ladang dan rumah diambil sementara orang-orang miskin tidak beroleh tempat untuk hidup, siapa yang akan mengusahakan tanah itu? Siapa yang akan membeli produk yang ada dan menjalankan roda perekonomian? Ayat 8-10 sangat logis dari sudut pandang perekonomian. Roda perekonomian tidak berjalan karena tidak ada sumber daya untuk mengerjakannya dan tidak ada daya beli pada masyarakat.

Kejahatan orang Israel merambah kepada mentalitas mereka. Mereka hanya ingin berfoya-foya dan menikmati hidup, tidak menggunakan waktu untuk kegiatan bermakna. Hidup tidak dipandang sebagai harta yang harus digunakan dengan bijaksana tapi sebagai lubang hitam yang terus disodori dengan berbagai kesenangan tanpa pernah terpuaskan. Pola pikir mereka bukanlah memproduksi dan mempersembahkan kepada Tuhan melainkan mengkonsumsi dan mempersembahkan pada diri.

Tuhan tetaplah Yang Mahakudus dari Israel. Karakter-Nya nyata dengan konsisten dalam segala keadaan. Tuhan akan menunjukkan siapa Dia sesungguhnya, untuk meluruskan kebengkokan mereka dan membalikkan kekacauan kepada ketertiban (16-17) sehingga mereka yang selama ini berdelusi bahwa mereka baik-baik saja sekonyong-konyong disadarkan bahwa mereka ada dalam masalah besar karena mengabaikan kebenaran Tuhan (18-24).

Tuhan tidak berubah. Selama Dia masih bersabar, Dia masih berikan kita kesempatan bertobat. Kesaksian macam apa yang ditunjukkan kehidupan sosial kita?

Kamis, 06 Oktober 2011

Renungan, 6 Oktober 2011

Konsekuensi Ketika Tidak Berubah

Di dalam kasih sayang dan panjang sabar-Nya Tuhan berupaya lebih keras untuk membuat umat-Nya sadar. Mungkin pemaparan yang panjang-lebar dan rumit sulit dicerna sebagian orang. Maka dalam nas ini ancaman murka Tuhan dipaparkan dalam bentuk perumpamaan yang digubah sebagai nyanyian (1). Dengan perumpamaan yang begitu nyata sesuai pengalaman hidup mereka sehari-hari, tidak mungkin orang Israel tidak memahami perumpamaan ini. Dengan gubahan berupa nyanyian, tidak mungkin kata-kata ini tidak terpatri dalam sanubari mereka. Tidak ada alasan mereka tidak tahu atau tidak paham.

Tuhan kembali mengajukan gugatannya kepada bangsa yang disayanginya sedemikian lama. Para pendengar diajak menjadi hakim dan menilai sekiranya Tuhan masih kurang berupaya atau kurang sabar (4). Menarik sekali melihat bahwa kendati kebun anggur itu hanya menghasilkan buah anggur yang asam Tuhan tetap merawatnya. Keadaan umat Tuhan bisa tetap baik karena Tuhan setia kepada mereka walaupun mereka tidak setia kepada-Nya. Ketika habis sabar-Nya, yang Ia buat hanyalah meniadakan pagar yang selama ini melindungi kebun anggur itu (5). Ia sengaja membiarkan berbagai kejadian buruk yang seharusnya menimpa mereka dulu-dulu menimpa mereka sekarang.

Sebagian besar kehancuran yang terjadi pada kebun anggur itu bukan penghancuran aktif oleh Tuhan, melainkan konsekuensi logis dari pilihan hidup mereka (5-6). Tuhan "hanya" mengkontribusikan satu hukuman tambahan: menahan awan menurunkan hujan kepada kebun anggur itu (6). Seluruh pengalaman bangsa ini di luar Tuhan adalah pengalaman pembiaran. Seakan-akan Dia berkata, "Kamu mau berdikari, terlepas dari Aku? Silakan." Titik. Tuhan membiarkan mereka.

Paulus mengatakan kita adalah pohon-pohon anggur yang dicangkokkan (Rm. 11:17-18). Sudahkah kita menghasilkan buah yang Tuhan harapkan? Adakah kita mengalami masa-masa Tuhan membiarkan kita hidup semau kita tanpa teguran-Nya? Jika ya, hati-hati! Cepat periksa diri dan bertobat kepada-Nya.

Rabu, 05 Oktober 2011

Renungan, 5 Oktober 2011

Dibersihkan dan Membersihkan

Nas hari ini dimulai dengan kata-kata yang kontras sekali dengan nas kemarin. Ayat 2 memakai kata-kata "kemuliaan, " "kebanggaan, " dan "kehormatan". Bukankah ini yang Tuhan ingin hapuskan dari Israel? Hari ini kita dapati kondisi Israel yang telah dimurnikan dan dibersihkan oleh Tuhan (4). Namun, mengapa hal-hal yang sama yang membuat Tuhan menghukum bangsa Israel justru kembali timbul setelah Tuhan menghukum mereka?

Jawabnya terletak pada apa yang menjadi alasan mereka untuk bermegah, bangga dan merasa terhormat. Sebelumnya mereka bermegah atas diri mereka sendiri, mereka bangga dengan kekuatan mereka dan dewa-dewa yang mereka ciptakan sendiri dan mereka mencari kehormatan dalam hal-hal lahiriah. Tetapi kini "tunas yang ditumbuhkan TUHAN" yang akan menjadi alasan mereka berbangga. Artinya, kebanggaan itu bukan terletak pada diri mereka atau kemampuan mereka, melainkan pada apa yang Tuhan sediakan bagi mereka – pada karya-Nya.


Proses pemurnian yang Tuhan lakukan tidaklah mudah (4): sangat mungkin menyakitkan dan tidak nyaman, bukan saja bagi orang-orang yang berlaku jahat dan para pemimpin, tetapi juga bagi seluruh masyarakat; terlepas dari keterlibatan maupun ketidakterlibatan seseorang di dalamnya, ia adalah bagian dari masyarakat itu. Di sisi lain, di ujung dari proses yang tidak menyenangkan itu, Tuhan menjanjikan masyarakat baru yang disegarkan dalam pengenalan mereka terhadap Tuhan. Masyarakat yang mengenal benar apa yang Tuhan kehendaki. Masyarakat yang kembali menjadi saksi Tuhan dalam kehidupan mereka secara pribadi maupun publik dalam interaksi mereka dengan pihak-pihak di luar mereka (5-6).


Waktu kita minta Tuhan membersihkan masyarakat kita dari kotoran, baiklah kita juga menyiapkan diri kita untuk terlibat, membersihkan dan dibersihkan, dengan ketidaknyamanan proses itu. Kita tahu di ujungnya akan ada satu masyarakat baru yang indah yang Tuhan telah siapkan untuk kita nikmati. Mari kita beranikan diri kita menjadi alat pembaruan yang Tuhan pakai.

Selasa, 04 Oktober 2011

Renungan, 4 Oktober 2011

Membereskan Dosa Struktural

Ketika sebuah masyarakat jatuh ke dalam dosa yang besar dan struktural, setiap elemen masyarakat di dalamnya pasti memiliki kontribusi kepada kejatuhan itu: bisa secara aktif (mis. menyembah berhala, melakukan kejahatan, korupsi), secara pasif (mis. tidak melakukan kejahatan tapi mendorong orang di sekitar untuk berbuat jahat agar ia turut menikmati hasilnya), atau dengan ketidakpedulian (tidak menikmati hasilnya, tapi membiarkan orang lain berbuat kejahatan). Nas hari ini menyoroti peranan perempuan Sion terhadap kejatuhan bangsa itu.

Para perempuan ini digambarkan sebagai orang yang sombong dan bermegah dalam penampilan lahiriah, melalui pakaian dan perhiasan mereka juga dalam sikap mereka. Bukan tanpa maksud Yesaya menjabarkan segala bentuk perhiasan yang mereka kenakan dengan begitu detailnya (18-23). Betapa besarnya perhatian yang mereka berikan untuk penampilan mereka. Itu berarti ada sejumlah besar uang yang mereka anggarkan untuk perhiasan, belum lagi pemborosan waktu untuk merias diri. Dengan begitu banyaknya perhatian, waktu dan uang yang diberikan untuk mempercantik diri secara berlebihan, masih adakah sumber daya yang layak yang tersedia untuk Tuhan? Dunia kita pun memberikan perhatian yang tak kalah besarnya terhadap penampilan. Berapa besar pikiran, waktu dan uang yang kita curahkan demi penampilan kita? Bandingkan dengan yang kita persembahkan untuk pekerjaan Tuhan. Yang mana yang menjadi Allah kita?

Waktu Tuhan menghukum mereka, bukan saja kehormatan mereka Tuhan campakkan; Ia juga menumpas orang-orang yang mereka kasihi dan andalkan sehingga hanya ada 1 laki-laki untuk 7 perempuan. Mereka mengemis demi mendapatkan kembali kehormatan dan harga diri mereka. Jangan tunggu Tuhan mendisiplin kita. Tinjau kembali prioritas hidup kita. Berikan yang terbaik hanya kepada Tuhan. Kejatuhan masyarakat dimulai dari pribadi-pribadi yang keropos; pemulihannya dimulai dari pribadi-pribadi taat kepada Tuhan.

Senin, 03 Oktober 2011

Materi Pelengkap Konsep Dasar IPS

Bagi teman-teman yang mau mendownload materi pelengkap konsep dasar IPS sub bahasan Fakta, Konsep, Generaliasi dan Teori silahkan klik di sini.

Terima Kasih.