Rabu, 31 Agustus 2011

Renungan, 31 Agustus 2011

Tetap Dalam Kemerdekaan

Seorang tukang sayur memikul dagangannya berjalan menuju pasar di kota. Sebuah mobil bak terbuka berhenti di sampingnya. Sopirnya mempersilakan tukang sayur itu naik ke bak belakang supaya tidak usah berjalan menuju pasar. Namun anehnya, sementara mobil melaju menuju kota, si tukang sayur berdiri di bak mobil dengan masih memikul barang dagangannya. Ilustrasi ini merupakan gambaran mengenai seseorang yang sudah dimerdekakan dari dosa oleh Kristus, tetapi masih memikul dosanya sendiri, seolah-olah ia belum dimerdekakan. Memang ilustrasi tersebut tidak terlalu tepat untuk menjelaskan perikop hari ini. 

Perikop hari ini lebih serius daripada apa yang digambarkan oleh ilustrasi di atas. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa kalau orang sudah tahu bahwa keselamatan itu terjadi oleh karena iman kepada Kristus, lalu ia sudah mengalami kemerdekaan dari dosa oleh Kristus, tetapi kemudian ia berpaling dari Kristus lalu menghambakan diri lagi pada penegakan tuntutan Taurat, misalnya dengan menyunatkan dirinya, maka itu berarti orang tersebut tidak menganggap karya Kristus berguna dan berkuasa! Itu artinya dia menolak anugerah Tuhan dan memilih mengerjakan sendiri keselamatannya. Paulus juga menegur keras para pemimpin atau orang yang berpengaruh di gereja Galatia, yang ikut mengeruhkan suasana dengan ajaran dan ajakan mereka yang mengacau (10b). Paulus sendiri tetap konsisten dengan ajaran tersebut.

Ayat 13-15 ditujukan kepada orang-orang yang tidak goyah oleh ajaran sesat, tetapi yang salah mengerti akan kemerdekaan dalam Kristus. Mereka menyangka, merdeka berarti hidup tanpa aturan. Padahal Taurat adalah aturan menjalani hidup bagi orang yang sudah dimerdekakan oleh Kristus, yaitu saling mengasihi (14). Jadi yang terikat Taurat sebagai tuntutan untuk selamat dan yang menyangka Taurat tidak ada gunanya lagi, sama-sama salah. Kristus memerdekakan kita dari tuntutan Taurat agar kita dengan kasih melakukan Taurat untuk memuliakan Tuhan dan memberkati sesama.

0 komentar:

Posting Komentar